Nama : Ika Oktavia Risdiana M
NIM : G1D014021
Kelompok
1
Atyanti
Isworo, S. Kep., Ns., M. Kep., Sp. KMB
MENGUAP
Hal seperti gambar diatas mungkin
pernah kita lakukan, bukan hanya pernah bahkan sering malahan. Mengapa kita
bisa menguap? Pernahkan kalian berpikir seperti itu? Biasanya orang beranggapan
bahwa menguap itu merupakan tanda mengantuk. Namun bukankah tidak jarang saat
kita tidak menguap namun karena orang disebelah kita menguap kita menjadi ikut
menguap. Atau bahkan saat ini kalian sedang menguap karena membaca tulisan ini.
Saat kita melihat orang lain dalam keadaan mengantuk terasa bahwa sel saraf
kita ingin mengikutinya walaupun sebenarnya kita tidak ingin menguap.
Apakah itu menguap? Menguap merupakan
refleks tubuh jika seseorang sedang mengantuk. Otak membutuhkan suplai oksigen
lebih banyak saat lelah. Oleh karena itu, otak memberi sinyal pada tubuh untuk
menguap. Dengan menguap, udara masuk keparu-paru. Bagian otak yaitu hipotalamus
yang merupakan pusat pengaturan untuk menguap (Wardhani dan Astuti, 2013).
Hal yang pertama kali kita lakukan
saat merasa lelah, letih, lunglai, bosan, malas, lesu, capek, dan mengantuk
adalah menguap. Saat kita menguap kita menggerakkan rahang , bukan tangan. Mengapa?
Hal tersebut terjadi karena otot rahang adalah bagian termudah yang dapat
dirangsang oleh otak untuk menambahkan energi tambahan. Pada dasarnya menguap
adalah hasil dari otak yang mengatakan : “Hai, halo! Apakah ada orang disana? Aku
sedang melemah dan membutuhkan tenaga tambahan disini. Apakah kau akan
memberikannya?” cara tercepat adalah dengan memompa darah ke kepala dengan cara
menggerakkan otot rahang itu tadi. Hanya otak yang dapat mengetahui berapa
banyaknya energi yang diperlukan agar dapat kembali seperti semula. Itulah sebabnya
kita tidak dapat berhenti menguap dan akan terus menguap sampai otak terpenuhi
dan mengatakan “cukup!”. Menahan gerakan menguap tidak terlalu banyak membentu,
karena otak akan terus mengirim pesan untuk mendapatkan energi sampai dirasa
cukup (Tynan, 2005).
Tahukan kalian bahwa menguap
sebenarnya merupakan salah satu refleks pernapasan. Kebanyakan dari kita akan
menguap saat merasa lelah ataupun mengantuk, tetapi stimulus dan tujuan menguap
itu sendiri sebenarnya tidak diketahui dengan pasti. Terdapat beberapa
kemungkinan, seperti kurangnya oksigen ataupun karena penumpukan karbon
dioksida. Keunika dari refleks menguap ini adalah sifatnya yang menular. Melihat
seseorang menguap secara tidak sengaja dan tanpa disadari kita juga akan ikut
menguap pula (Asih dan Effendy, 2004).
Menguap merupakan suatu aksi refleks
yang biasanya didefinisikan sebagai suatu respons yang timbul dari stimulus yang
berupa impuls sepanjang neuron aferen ke akar saraf posterior atau ekuivalen
saraf kraniumnya, dan ditempat inilah ditransmisikan kesuatu neuron eferen via
sel tanduk anterior atau nukleus kranium motoris ke otot skelet. Respons ini
tidak bergantung pada kemauan. Rutenya disebut dengan lengkung refleks
monosinaptik. Refleks regangan yang menyebabkan otot berkontraksi jika teregang
adalah salah satu contohnya, misalnya pada saat dagu ditarik mendadak kebawah. Stimuli
aferen dapat berasal dari berbagai sumber umtuk menyebabkan aksi yang sama dan
sumber ini mencakup pusat-pusat yang lebih tinggi dari otak. Impuls mencapai
neuron eferen yang sama melalui neuron fasilitator yang saling berhubungan. Neuron
ini adalah lengkunng refleks polisinaptik dan berada dalam sistem pengunyahan,
meliputi respons seperti menguap, tertawa, dan mengerotkan gigi (Thomson, 2007).
Sumber :
Asih, Niluh Gede Yasmin dan Christantie
Effendy. 2004. Keperawatan Medikal Bedah
: Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta : EGC.
Thomson, Hamish. 2007. Oklusi. Ed. 2. Jakarta : EGC.
Tynan, Bernadette. 2005. Melatih Anak Berpikir seperti Jenius. Jakarta
: PT Gramedia Pustaka Utama.
Wardhani, Indah Retno dan Navita Kristi
Astuti. 2013. Fakta Menakjubkan tentang
Tubuh Manusia. Jakarta : Cikal Aksara.
thanks for information
BalasHapusfollow blogku ya.. ilhamarcahvas.blogspot.com