Rabu, 24 Desember 2014

Prinsip Koreksi Mata (Miopia, Hipermetropia, dan Presbiopia)



Nama              :           Ika Oktavia Risdiana M
NIM                :           G1D014021
                        Kelompok 1
Atyanti Isworo, S. Kep., Ns., M. Kep., Sp. KMB

PRINSIP KOREKSI MATA


            System indra merupakan sistem yang sangat vital dalam kehidupan. Ada mata sebagai indra penglihatan, telinga sebagai indra pendengaran, hidung sebagai indra pembau, kulit sebagai indra peraba, dan lidah sebagai indra perasa atau pengecap. Namun, alat indra tersebut jika tidak dijaga dengan baik akan menimbulkan kerusakan, seperti mata. Mata adalah struktur bulat berisi cairan yang dibungkus dengan tiga lapisan. Dari lapisan paling luar sampai lapisan paling dalam mata adalah (1) sklera/kornea; (2) koroid; dan (3) retina (Sherwood, 2011).
            Kelainan mata yang saat ini paling banyak terjadi yaitu miopia (rabun jauh). Saat ini miopia paling banyak dialami oleh remaja, bahkan anak-anak pun sekarang sudah semakin banyak yang menggunakan kacamata tebal. Miopia atau penglihatan dekat adalah kekuatan optik mata terlalu tinggi, biasanya karena bola mata yang panjang, dan sinar cahaya paralel jatuh pada fokus didepan retina (James, Chew, dan Bron, 2005). Miopia atau sering disebut minus adalah jenis kelainan mata yang menyebabkan penderitanya tidak dapat melihat benda dari jarak jauh dengan baik (Subroto). Miopia dapat terjadi apabila mata tidak mampu melakukan akonodasi secara adekuat untuk benda yang jauh. Miopia dapat terjadi akibat pemanjangan bola mata pada masa pertumbuhan yang menyebabkan bayangan difokuskan didepan retina (Corwin, 2009). Miopia ringan umumya dapat dikoreksi dengan menggunakan kacamata atau kensa kontak. Namun, untuk mata minus tinggi, penggunaan kacamata seringkali menyebabkan aktivitas penderita terganggu karena kacamata yang digunakan pasti berlensa tebal. Bila sudah demikian, diperlukan operasi untuk mengatasinya (Subroto).


            Selain miopia, kelainan mata yang lain yaitu hipermetropia yang sering disebut juga dengan rabun dekat. Hipermetropia ini dapat terjadi apabila mata tidak mampu melakukan akonodasi secara adekuat untuk benda yang dekat sehingga menyebabkan benda difokuskan dibelakang retina. Hipermetropia ini dapat terjadi pada usia muda atau dapat terjadi pada usia lebih lanjut (Corwin, 2009). Hipermetropia menyebabkan penderitanya dapat melihat dari jarak jauh dengan lebih baik daripada dari jarak dekat. Biasa disebut pula dengan mata plus. Sama halnya dengan mata minus, mata plus ringan juga dapat dikoreksi dengan kacamata atau lensa kontak. Sementara untuk mata plus tinggi diperlukan operasi (Subroto).
            Kelainan mata selain miopia dan hipermetropia, ada pula presbiopia. Presbiopia adalah mata tua karena tidak adanya elastisitas mata dan tidak mampunya melihat benda dekat (Berman, 2009). Mata tua ini disebabkan pula karena faktor usia. Dengan kata lain, mata tua merupakan kemunduran daya penglihatan karena faktor usia. Presbiopia dapat terjadi bersamaan dengan miopia, hipermetropia, maupun astigmata. Penyakit presbiopia dapat diatasi ataudikoreksi dengan menggunakan lensa rangkap atau bifokus. Kacamata ini mempunyai dua lensa, yaitu untuk membaca dipasang dibawah dan untuk melihat jarak jauh dipasang diatas.namun, apabila penglihatan jarak jauh masih baik, bisa menggunakan kacamata untuk baca (Swadaya).


            Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa mata merupakan organ vital yang sangat penting dan berpengaruh dalam kehidupan. Kelainan pada mata dapat berupa miopia (rabun jauh), hipermetropia (rabun dekat), dan presbiopia (mata tua). Oleh karena itu, mari kita jaga mata ini dengan baik-baik. Jangan merusaknya dengan hal-hal yang salah seperti membaca sambil tidur, menonton televisi terlalu dekat, ataupun bermain games tanpa kenal waktu. Jadi, gunakanlah mata dengan baik dan benar.

Daftar Pustaka :
Berman, Audrey dkk. 2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Kozier & Erb. Ed. 5. Jakarta : EGC.
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Ed. 3. Jakarta : EGC.
James, Bruce, Chris Chew, dan Anthony Bron. 2005. Lecture Notes Oftalmologi. Ed. 9. Jakarta : Erlangga.
Swadaya, Niaga. Terapi Mata dengan Pijat dan Ramuan. Jakarta : Penebar Plus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar